Sabtu, 22 Juni 2013

NOSTALGIA


Hari ini aku terbangun pukul setengah lima pagi, kurasakan badanku lebih terasa ringan dibandingkan tadi malam, baru saja hari kamis, tapi aku sudah merasa lelah di minggu ini. Kulihat jam weker ku, aku bangun lebih pagi darinya, segera ku matikan dan segera bergegas membersihkan badan. Setelah itu, kudengan lantunan adzan menyeru memanggil manggil setiap muslim untuk segera melaksanakan solat, kuambil mukena kesayanganku yang berwarna putih dengan bordiran bunga hijau yang membuat mukena sederhana itu menjadi sungguh indah, kuambil pula sajadah kecil pemberian kakekku dulu, melaksanakan solat dan kemudian mengucap syukur berdoa meminta karunia-Nya agar hari ini aku selalu merasa bahagia. Aammiiiin~

Aku segera berdandan dan pergi ke kampus, untung saja hari ini aku hanya ada satu mata kuliah jam delapan sampai jam sepuluh, jadi aku bisa sampai rumah dan istirahat dan mengisi energi untuk hari jum'at dengan kuliah yang full dari pagi hingga sore. Perjalanan ari rumah menuju kampus selama dua jam, setelah sampai di kampus ternyata sudah ramai, hanya tersisa kursi kosong yang paling depan dan yang paling terbelakang, kuputuskan untuk duduk di depan saja, agar aku bisa memperhatikan dosen dengan baik. Detik berlalu menjadi menit, menit ke menit menikmati perkuliahan, menit berlalu menjadi menjadi jam, dan akhirnya pulaaaaaanggggggg

Ah rasanya indah sekali bisa pulang cepat dan istirahat, keluar kelas aku langsung berjalan menuju shelter busway kemudian membeli tiket dan mengantri, 'duh jam segini buswaynya lama banget' gumamku dalam hati. Aku merasa perutku keroncongan, mungkin cacing-cacing di perutku ini sedang berdemo meminta makan, tadi pagi aku lupa untuk sarapan, padahal bangun pagi tapi lupa untuk sarapan, setelah menunggu beberapa lama, akhirnya busway abu-abu itu datang juga, aku segera masuk dan tengok kanan-kiri mencari tempat duduk namun sayang beribu-ribu sayang tempat duduknya sudah terisi semua, yasudah akhirnya aku haris berdiri hingga shelter akhir, lama lama lamaaa akhirnya sampai juga, aku merasa cacing-cacing diperutku ini makin merasa tertekan, begitupun aku yang merasa lapar luar biasa, setelah turun dari busway aku putuskan untuk mencari tempat makan terlebih dahulu, tengok kanan dan kiri aku menemukan tempat makan yang sepertinya enak, aku lekas segera kesana, melihat menu dan kemudian aku memesan satu ayam bakar dan es teh manis, duhhh rasa lapar itu semakin dahsyat ketika aku menunggu pesananku tiba, aku memilih duduk di kursi pojok rumah makan itu.

Aku sudah tak sabar lagi menyantap ayam bakarnya, dan tentu sambalnya yang khas dari kalasan, ku lihat rumah makan ini yang tak terlalu besar namun tertata dengan rapi, kursi dan meja yang terbuat dari kayu dan terlihat nampak begitu sederhana, ketika aku sedang menengok k arah pintu yang terbuat dari kayu dengan ukiran meliuk-liuk khas daerah aku melihat sosok laki-laki seusiaku, laki-laki itu tinggi, tampan dan sepertinya aku kenal, kucoba untuk mencari ingatan ku apakah aku mengenal laki-laki itu?
Kulihat ia menengok kepadaku, segera aku memalingkan pandanganku darinya, kutakut nanti dikira aku mengaguminya...
"Dwiiii" terdengar ada suara suara yang memanggilku, segera aku mencarinya dan ternyata laki-laki itu mengangkat tangannya dan menyapaku, aku bingung, kulihat sekelilingku, kebelakang, mungkin dia ingin menyapa orang selain aku, tapi aku lupa bahwa aku sedang duduk di sudut pojok rumah makan itu -_-

Aku tersenyum kepadanya, dan dia membalas senyumku . 'Duhhh gantengnya' pujiku dalam hati. Dia segera berjalan ke arahku dan duduk di depanku "masih inget sama aku?" Tanyanya. "Hehe kamuuu temen SD-ku kan?" Aku ingat dia teman SDku dulu, tapi aku lupa namanya. "Siapa Namaku?" Dia bertanya lagi. 'Tuhkan dia nanya nama juga' gumamku dalam hati. "Nih" dia menunjukkan ID-card nya padaku. "Ooooohhh fajarrrr" aku tersipu malu, dia mengenalku tapi aku tak mengenalinya. Di rumah makan yang menjadi tempat pertemuan kami setelah 6 tahun tak bertemu itu terasa sungguh menyenangkan, dia bercerita tentang kehidupannya dan akupun begitu, kami bercanda, tertawa dan mengenang masa masa lalu . Masa ketika kami masih sangat kecil berseragam putih-merah dan masih cengeng. Aku ingat dulu aku pernah menangis karena dia pernah merebut pensilku, dan dia juga pernah menangis ketika ingin disuntik. Semua itu memang sudah berlalu, tapi kenangan itu masih terasa lekat di dalam diri kita, cerita yang mungkin konyol namun bisa membuat kita tertawa setiap waktu, cerita yang akan selalu dikenang meski kini kami telah jauh, itulah salah satu pemberian Tuhan yang tak ada tanda buktinya namun melalui sebuah peristiwa yang takkan bisa tergantikan.

Aku Untuk KeluargaKU

Suara lari pagi yang kompak mengawali setiap pagiku, hari ini aku latihan mengelilingi kawasan bintaro, setiap pagi aku dan setiap waktu aku harus mengabdikan diriku untuk negara ini, terkadang aku pun harus rela mati demi mengorbankan diriku untuk pekerjaanku.

Berawal dari temanku yang membawaku ke sebuah tempat pelatihan, kami ditempa agar bisa melindungi wilayah dan melindungi diri kami sendiri, enam bulan berlalu dan hasilpun keluar, ternyata tesku selama in bagus sekali dan aku ditugaskan untuk mengamankan keadaan penting. Ya, inilah pekerjaanku berseragam mengabdi kepada daerah dan sangat dipertanggung jawabkan, namun pekerjaan ku yang halal ini banyak dipandang sebelah mata oleh orang-orang, seharusnya niat baikku ini terkadang menjadi ancaman bagi mereka diluar sana, bukan! Kami bukan musuh, tapi mengapa banyak ang membenci kami! Inilah pekerjaanku, menjadi satuan polisi pamong praja atau orang orang mengenalnya dengan sebutan Satpol PP, setelah lulus SMA aku bergabung disini, tadinya aku ingin kuliah, tapi terkendala biaya dan lagipula masih ada ketiga adikku yang harus menempuh sekolah, aku ingin mengabdi kepada keluargaku saja, masalah kuliah nanti sajalah.

Inilah yang kusuka dari pekerjaanku ketika aku dan teman teman hanya berdiri dan menjaga para pendemo itu, terkadang pendemo itu hanya berorasi 3 jam saja dan kemudian pulang, atau jika mereka merusuh, akan ada gas air mata yang membantu kami bekerja, dulu seorang satpol pp bekerja mengamankan ancaman RI ketika sekutu datang setelah kemerdekaan, namun kini tak ada lagi sekutu, dulu kami mengamankan lawan orang orang luar, namun kini? Orang indonesia dengan orang indonesia, kelihatan tidak logis memang, namun itulah kenyataannya.

Aa yang kusuka dan ada pula yang tidak ku sukai ketika kami harus membereskan suatu wilayah dari pedagang2 kaki lima. Pernah suatu hari aku ditugaskan untuk menggusur lapak pedagang kaki lima, aku melihat ada sebuah warung yang tetap berdiri meski sudah ada mobil besar yang akan menggusur warung kecilnya itu, penjaga warung itu merupakan seorang perempuan separuh baya, ia menangis meminta agar kami tak menggusurnya, inilah yang membuat hatiku pilu, bagaimana jika dia adalah ibuku? Yang bekerja menghidupi anak-anaknya? Komandan ku menyuruhku agar membawa ibu itu menjauh dari warung yang akan segera dirobohkan, aku dan komandanku berdua berjalan menuju warung kecil itu, pertama tama komandanku memperingatkan ibu itu dengan hitungan, namun ia tak mau mundur, komandanku maju untuk menarik ibu itu segera menjauh namun ibu itu tetap saja bertahan, aku pun membantu komandanku untuk menjauhkan ibu itu dari warungnya, sambil aku bilan padanya bahwa ia harus menerima keputusan ini, karna bila ketukkan palu telah terdengar maka tidak akan bisa berbuat apa apa lagi, ibu itu kelihatan marah pada kami, aku semakin serba salah, bila kutarik paksa aku akan menyakiti dirinya bahkan hatinya, komandanku mendorong aku dan ibu itu sampai kami berdua terjatuh menjauh dari waruang itu, warung itu pun dihancurkan dan ibu itu menangis kencang, kucoba menenangkannya namun ia kelihatan kecewa kepada kami khususnya kepadaku, ketika pulang aku terus memikirkan peristiwa itu.

Setelah selesai lari pagi dan menjalankan latihan bersama teman-temanku. Kami beristirahat di depan barak TNI angkatan darat, meminum satu gelas air dan makan satu butir telur rebus bulat. Tak lama komandanku tiba, kami semua berbaris dengan rapihnya dan komandanku memberikan beberapa tugas lagi untuk hari ini.



Bekerja.........Bekerja...............dan Bekerja!
Untuk aku dan keluargaKU.....

Sabtu, 15 Juni 2013

Bintang di atas Bintang


Bintang di atas Bintang (PART 1)

Kelam malam ini kulewati bersama-mu
Bersama cahaya cinta menerangi duniaku
Gelap, takkan jadi penghalang untukku
Untukku melihat ayu paras-mu
Bunda yang selamanya kucintai
Bunda yang cintanya kekal abadi di hati
Bunda yang tak kenal lelah menemani
Dan Bunda yang selalu menghiasi hari
Mungkin ku pernah buat bunda kesal
Daku membuat hati bunda tersayat
Bibir ini yang membuat hati bunda perih
Dan tubuh ini yang selalu jauh darimu
Maafkan aku Bunda
Maafkan aku Bunda
Aku inggin menjadi permata bunda
Yang selalu menemani Bunda dikala sedih ataupun senang
Izinkan aku tuk bisa bersama bunda, selamanya.......

Aisyah membaca puisi itu dengan nada penuh lirih, suaranya serak menahan air mata yang ingin keluar dari kedua bola mata yang indah, aisyah membacakan puisi itu dipangkuan ibunya saat bulan bersinar terang, ibu hanya memancarkan senyum ketulusan memiliki anak seperti aisyah, anak yang cantik, penurut, periang, namun sayang aisyah pendiam dan suka menyendiri.

Suatu pagi saat ibu aisyah pergi ke pasar untuk belanja, ia tak sengaja melihat poster bertuliskan "Lomba Puisi Remaja". Sang ibu ingin sekali aisyah mengikuti kontes puisi ini, namun sang ibu takut aisyah tidak mau, karena aisyah sering sekali merasa minder. 
 
Malam harinya, ibu merasa bingung apakah ia harus mendaftarkan aisyah mengikuti lomba puisi ini? Di satu pihak ibu sangat yakin bahwa aisyah bisa memenangkan lomba ini, tapi ibupun takut jika nantinya aisyah marah bila tau dia didaftarkan oleh ibunya, di pihak lain ibu merasa akan sayang sekali bila puisi puisi buatan aisyah hanya menjadi tulisan yang 'kan ditumpuk untuk nantinya menjadi kertas usang. Ibu pergi ke kamar aisyah, terlihat wajah polos aisyah yang sedang tertidur pulas, terlihat begitu lelah serta wajah itu yang selalu menggetarkan hati ibu, wajah yang benar-benar memancarkan rona ketulusan dari dalam hatinya, ibu duduk disamping aisyah dan membelai lembut rambut aisyah. Terlihat dua bola mata aisyah yang terbuka dan senyum tipis di bibirnya "ibu" aisyah terbangun saat itu, ibu tersenyum dan mengatakan bahwa ibu ingin menyimpan puisi yang kemarin aisyah baca. Aisyah hendak beranjak dari tempat tidurnya namun ibu mencegahnya "biar ibu yang ambil, dimana ?" Aisyah menunjuk ke rak buku nya. Ibu segera mencari puisi itu, terdapat satu map yang penuh dengan kertas kertas yang berisikan puisi indah karya aisyah, ibu tertegun melihat itu semua, ternyata aisyah lebih dari yang ia kira "kalau ibu mau, ibu simpan saja semua". "Benar?" Tanya ibu. Aisyah mengangguk, "yasudah maaf ya ibu menggangu kamu, tidur lagi ya" sekali lagi ibu membelai rambut aisyah.