Jumat, 07 November 2014

Ajari Aku Melupakanmu


Aku tahu, cerita cinta ini terlalu indah untuk dilupakan, namun sulit pula untuk dilepaskan. Aku tahu, saat aku memulai mengukir cerita cinta ini, pasti suatu hari akan berakhir, entah dengan cara seperti apa dan bagaimana, tapi aku harus tetap menerima jika memang kesudahan cerita ini telah datang.

Kini benar terjadi, cerita yang telah kita ukir selama ini harus berakhir, kamu memutuskan untuk mengakhiri semua ini. Saat kau mengucapkan kata yang tak ingin ku dengar seumur hidupku, rasanya jantungku berhenti berdetak, tak ada oksigen yang dapat ku hirup, sesak rasanya dada ini, kaki ini pun lemah untuk berdiri, rasanya kehidupan ini telah berakhir.

Ku tumpahkan segalanya lewat air mata, ku menjerit sebisaku, ku lemparkan semua kesedihanku sendiri, ku rasa aku sangat tidak siap untuk menerima semua ini. Jika aku bisa mengulang waktu, aku ingin kita tak pernah bertemu, apalagi sampai menjalin cinta yang begitu indah lalu pupus dan membuat hati ini patah.

          Kau yang mengajariku semua tentang cinta, tentang rasa yang tak ada menjadi ada, tentang rindu yang terus menggebu di dalam kalbu, tentang rasa memiliki dan dimiliki seutuhnya, tentang hidup yang tak sempurna menjadi sempurna denganmu.

          Lalu kini rasa itu tetap ada, rindu pun tak kalah menjelma, tapi tak ada rasa dimiliki dan rasa hidup yang sempurna. Justru kini ku rasa kesempurnaan itu telah menjauh dan akan menghilang. Kebahagiaan ini pun tak berpihak kepadaku. Kau pergi meninggalkanku.

Tapi, bolehkah aku meminta satu permintaan untuk terakhir kalinya? permintaan yang sebenarnya bertolak belakang pada hati kecilku, permintaan yang tak pernah ingin ku minta sebelumnya. Permintaan yang saat ingin kau penuhi.  Hanya satu permintaan saja. AJARKAN AKU MELUPAKANMU.

 
By : @dwi_agstna

PENGKHIANATAN!

Terimakasih lelaki, yang telah mengajariku banyak hal.
Dari mulai cara mencintai sampai cara membencimu
Entah mengapa perasaan ini dapat berubah seketika
Saat ku tahu kau telah bermain cinta
 
Lelakiku, ku hanya ingin tau bagaimana perasaanmu
Jangan kau anggap aku ini hanya ada, sekedar kekasih
Aku mau kamu dan aku yang telah menjadi kita
tetap menjadi kita dan selamanya menjadi kita
 
 
Lelakiku, kau sudah ada dan terus ada
Walau perasaan benci ini terus melanda
Aku pun tahu bahwa aku tetap mencintai
Sekaligus membenci
 
 
 
Arti kita masih terus  ingin aku pertahankan
Walaupun sekarang ada dia di hatimu
Hatiku hanya bisa menangis, dan menangis
Tak kuasa menahan sakitnya terkhianati
 
Bagaikan perahu diterpa ombak dan badai
Mungkin aku harus melawan hati untuk melupakanmu
Melupakan semua kenangan tantang kita
Dan semua kenangan pengkhianatan ini.

Jumat, 12 September 2014

Floorball, olahraga baru kebanggaan Indonesia


Olahraga merupakan aktivitas fisik yang disukai banyak orang, tidak hanya untuk kesehatan, olahrga kini menjadi hobi yang sangat digemari oleh sebagian orang, seperti futsal, bersepeda, menyelam, bahkan Naik Gunung. Mereka rela menghabiskan uangnya demi menjalani hobi yang mereka sukai sekaligus menjadikan mereka berolahraga. Diantara banyaknya olahraga yang digemari  ternyata di Indonesia ada sebuah cabang olahraga baru, yaitu Floorball.

Apa itu Floorball? Kali ini saya mewawancarai seorang mahasiswa yang berkuliah di salah satu universitas di Jakarta dan bergabung dalam tim floorball, Ia adalah Fahmi Azhari, Mahasiswa yang lahir 6 September 1994, saat ini sedang menempuh kuliah semester 5. Fahmi menjelaskan bahwa floorball adalah olahraga yang lahir di Swedia dan sangat populer di Eropa, tahun 2010 floorball mulai masuk di Indonesia dan pada tahun 2012 floorball mulai di sosialisasikan ke seluruh sekolah di Jakarta dan juga di Sebagian Universitas di Indonesia.

Fahmi Azhari dan Tim Putra dan Tim putri di universitasnya.

Asosiasi Bola Lantai Indonesia (Indonesia Floorball Association/IFA) merupakan lembaga tertinggi pengatur bola lantai di Indonesia. Indonesia Floorball Association (IFA) mengadakan program-program seperti lomba floorball antar sekolah dan universitas di seluruh Indonesia. Program IFA sendiri didukung oleh Kementerian Koordinasi Bidang Kesejahteraan, Kementerian Pemuda dan Olahraga, KONI serta Kedutaan Besar Swedia.

“Floorball hampir mirip seperti olahraga Hockey Es, menggunakan Stik (blade) dan bola yang kecil” Fahmi menjelaskan. Fahmi sendiri sering mengikuti kejuaraan Floorball, Timnya pernah mendapat Juara Pertama kejuaraan Floorball yang diadakan oleh Pengurus Provinsi DKI Jakarta. “Kalau Tim Putri di Universitas kami pernah mendapat Juara Ketiga dalam Sea Games 2013 lalu” Fahmi menuturkan. Ia sendiri sangat bangga menjadi Tim Floorball. Saat ini ia dan timnya sedang mempersiapkan diri mengikuti seleksi Kejuaraan Floorball, dimana nantinya jika Timnya lolos, maka mereka akan mewakili Indonesia dalam ajang bergengsi Floorball di Singapore akhir tahun ini. Keren!

Sobat Blogger, ternyata olahraga yang satu ini memang benar-benar bisa menjadi salah satu andalan untuk membanggakan Indonesia, mengibarkan tinggi bendera merah-putih, tidak hanya sepakbola, badminton, maraton, tapi floorball juga mampu membawa medali-medali kebanggaan. Saat ini memang floorball masih baru, dan yang meminati olahraga yang satu ini adalah kaum muda seperti Fahmi Azhari dan teman-temannya. Yup! Generasi muda dan olahraga bisa membuat Indonesia bangga. Merdeka!

Minggu, 09 Maret 2014

Bersama Kamu dan Hujan #GoldenMoment


Petir yang sedari tadi menyambar kini melepaskan rintik-rintik hujannya, perlahan baju merah muda yang ku kenakan mulai basah dan jaket biru langitmu juga ikut basah karena hujan. Kau pinggirkan motor hitammu ke depan ruko yang tutup, orang-orang juga ikut berteduh dari hujan yang mulai deras.

Aku memandang wajahmu sejenak, bulir-bulir air hujan membuat wajahmu semakin terlihat makin tampan, dan rambut basahmu membuat aku semakin terpukau. Kau palingkan wajahmu ke arahku, aku memalingkan wajahku juga, tak ingin kamu tau bahwa aku sudah memperhatikanmu.

“Ini kamu pake ya” Denny memberikan jaket biru langitnya untukku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum, namun dalan hati rasanya bahagia banget. 'Oh God, he’s so romantic’ kalo aku bisa teriak dan lompat-lompat, aku mau melakukan kedua hal itu saat itu juga, namun aku cukup waras untuk tetap tersenyum manis di depan Denny dan orang-orang yang berteduh.

“Makasih Den”. Denny hanya tersenyum sambil menyeka wajah yang dipenuhi bulir-bulir air hujan.

Sedetik, semenit, lima belas menit kami saling terdiam, tak saling menatap atau berbincang, tiba-tiba Denny mengeluarkan kertas berwarna merah muda dan memberikannya padaku. Aku terdiam, bingung, dan dengan perlahan mengambil kertas itu.

‘Would you like to be mine?’ Tulisan yang sudah mulai luntur di atas kertas merah muda itu membuatku diam seribu bahasa, aku hanya mematung, angin hujan serasa membekukan tubuhku. Aku menengok kanan-kiri, takut kalo ada yang melihat tentang ini, malu juga kalo tau ditembak saat hujan begini.

“I Love You” Denny membisikkan kata-kata itu, mengucapkannya dengan jelas, terdengar jelas sampai ke hati. “Maaf ya kalo mendadak gini, abis takut kao tulisannya luntur ga berbekas, kan sayang udah dibuat tapi ga tersampaikan”

“Terserah kamunya aja, yang penting dari hati udah tersampaikan, bagaimana hati kamu menerima atau tidak”

Aku memberi isyarat supaya Denny mendekat dan menunduk, tubuhnya terlalu tinggi untuk aku membisikkan satu jawaban untuknya: “I Love You, too”

Menyesal !!!


Siapa yang salah bila kamu pergi meninggalkan aku? Siapa yang salah bila kamu pergi bersama yang lain? Siapa yang salah bila kamu merasa nyaman dengan yang lain? Dan Siapa yang salah bila kamu merasa aku bukan orang yang tepat untuk mendampingi kamu?



Siapa yang salah? Hatiku tetap ingin bersama kamu, hatiku ingin selalu ingin kamu bersama aku, hatiku ingin kamu merasa nyaman bersamaku, dan hatiku ingin tetap kamu merasa bahwa akulah yang tepat untuk mendampingi hidup kamu.

Logika mana yang telah membuat kamu menjauh dariku? Atau hati mana yang membisikmu untuk menghapus cintaku? Sikap yang mana yang membuatmu tidak merasa aku mencintaimu? Atau Sikap yang mana yang tidak membuatmu yakin akan ketulusanku?

Sayangku, bila waktu bisa kuputar kembali dan segala momentum saat bersamamu bisa kulihat kembali. Akan ku teliti mana sikapku yang telah membuatmu kecewa. Sayangku, bila aku bisa memutar waktu kembali, aku takkan pernah meminta kamu dipertemukan denganku. Lebih baik kamu bahagia dengan yang lain tanpa harus tersakiti dengan adanya aku.

Tapi saat ini, hatiku tetap merasakan bahwa cintaku adalah kamu. Sayangku hanya ku persembahkan untuk kamu, segala ketulusan yang aku punya hanyalah untuk kamu.

Hanya ada satu kata yang ku rasa sekarang, satu rasa yang tak ingin aku ataupun orang di dunia ini yang mau merasakannya, satu kata yang aku benci sebenci-bencinya, yaitu MENYESAL.

Siapa yang salah bila kamu merasa aku telah menyia-nyiakan kamu? Aku sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik untukmu sayangku, apakah usaha ku selama ini hanya membuat cinta di permukaan hatimu? Atau memang kamu yang tidak mau membuka hatimu dan memberi waktu sedikit lagi agar kamu bisa merasakan cintaku? Ataukah ada seseorang yang bisa membuat kamu menjadi miliknya seutuhnya?

Ah! Kini rasa Menyesal itu sudah menggerogoti jiwaku yang dulu mencintaimu, rasa Menyesal itu benar-benar membuatku tak berdaya, rasa Menyesal itu benar-benar menghantui setiap hariku tanpa kamu. Maafkan Aku Sayangku, sungguh, aku menyesal.

Kamis, 06 Maret 2014

CINTA ABADI (Surat Cinta Untukmu)


ABADI. Satu kata yang penuh makna, satu kata yang menjadi perdebatan dalam hidup. Apakah dalam hidup ada suatu hal yang abadi? Entah benda atau sifat? Ada yang bilang bahwa keabadian itu tergantung bagaimana yang membuatnya. Namun, adapula yang bersikeras pada prinsip bahwa tak ada yang abadi.

Menurutku, keabadian dalam hidup ini dan dalam dunia ini adalah nyata. Aku bisa menemukan sebuah keabadian yang seabadi-abadinya. Keabadian yang terabadikan dalam hati ini, yaitu CINTA.

Idealisme-ku menafsirkan bahwa cinta yang ku miliki untukmu ini adalah abadi. Mengapa? Jika ada yang bertanya mengapa atau bagaimana keabadian itu mulai tumbuh menjelma perlahan dalam hati ini, akupun tak tau apa jawaban yang harus kuberikan. Sesak keabadian dalam dada ini yang penuh akan ketulusan cinta untukmu membuatku terus pada prinsipku, bahwa keabadian itu ada dan keabadian itu CINTA.

Sejak ku merasakan perasaan cinta, kupikir ini hanyalah rasa kemanusiaan belaka, hasrat yang tumbuh untuk dapat mencintai dan dicintai yang kemudian berujung pada saling memiliki, saling menjaga, saling menyayangi, saling mengasihi dengan sepenuh ketulusan yang melebur dalam hati.

Seiring berjalannya waktu yang ku lewati bersama dirimu mulai muncul rasa yang membuat hati serasa terkuras, membuatnya lemah, retak atau bahkan patah. Rasa yang biasa dikatakan sebagai rasa cemburu. Tak tau darimana asal mula rasa itu tiba, mungkin dari setiap tutur yang tak biasa kepada orang selain aku atau memang ketakutan yang tumbuh dari dalam diriku, ketakutan bila kamu pergi meninggalkan istana cinta yang telah kita bangun bersama.

Seiring berjalannya waktu pula hubungan ini merasa tak lagi kokoh, terkadang rapuh dan hampir jatuh. Aku dan kamu selalu begini, tapi aku yakin bahwa tak hanya kita yang merasa seperti ini, tapi semua yang memiliki CINTA ABADI itulah yang merasakan CINTA yang utuh dengan segala kebahagiaan dan kesedihan yang timbul. Kesedihan yang bukan membuat semua hancur, tapi akan membuat segalanya semakin kuat dan patut untuk diperjuangkan.

Dari awal mula kita bersama, dengan sebuah alasan sederhana yang dapat diterima. “Aku mencintai kamu dan kamu mencintai aku”, dengan semua rasa yang ada dalam jiwa untuk saling menjaga, sampai tak ada lagi alasan untuk kita berpisah. Jika kamu sudah menemukan sebuah alasan sesederhana apapun untuk kita berpisah, aku tau itu bukan sebuah alasan, melainkan sebuah keinginan.

Hatiku ini benar-benar merasakan yang namanya CINTA ABADI, yang telah ku rasa dan ku ukir dalam hatiku. CINTA ABADI yang ku yakin memang ada untukku, untuk kamu, untuk KITA.

 

-Dwi Agustina-

Sabtu, 22 Februari 2014

Kisah dua kakak beradik


Sella dan Viona

 

“Sellaaaaaa……” Viona memanggil Sella dengan nada keras dan muka marah.

“Ini kenapa laptopku gak bisa nyala, Sel?” Viona bertanya sambil memukul-mukul laptop ungu kesayangannya.

“Aku gak tau kak, tadi malem itu aku cuma pinjem buat bikin presentasi doang” Sella menunduk takut.

“Ya tapi kenapa gak bisa nyala? Dasar adek pembawa sial” Viona meninggalkan Sella. Kaget bukan kepalang saat Sella dengar kakaknya sendiri bilang bahwa dia ‘Pembawa Sial’. Sella benar-benar tidak tau soal laptop kakaknya yang rusak tiba-tiba seperti itu. Ia ingin bertanggung jawab meskipun ia tidak bersalah, Sella menemui Viona yg masih kesal tak terbatas.

“Kak, laptopnya aku bawa ke tempat service ya, nanti biar aku yang bayar deh”

“Ya emang harusnya begitu, tuh bawa!”. Sella mengambil laptop ungu kesayangan kakaknya, ia memasukkannya ke tas lalu tancap gas dengan motor hitam maticnya.

Gubbraaakkk………….” Motor Sella ditabrak oleh mobil dibelakangnya. Tubuhnya terpental satu meter dan yang pertama kali sela pikirkan adalah ‘Laptooooppp’

“Ya ampun laptop Kak Vio, gimana ini?” Sella menangis tanpa suara, bagai jatuh tertimpa tangga, sudah ditabrak-laptop kakaknya pun ikut terjatuh bersama dirinya-yang menabrak pun lari tak bertanggung jawab. Sella pun menelpon kakaknya karena ia merasa tidak kuat untuk membawa motor. Setengah jam kemudian Viona datang dengan temannya.

“Kamu sama Ratih, Sel. Biar aku bawa motor kamu” Viona menjelaskan, Sella memberikan kunci motornya.

“Gimana sih Sellaaaa, laptopku udah kamu rusakin jd tambah rusak, motor kamu sekarang di bengkel, besok aku jadi harus nganterin kamu ke sekolah, luka-luka kamu jugaa--- ah! Kamu ya!”

“A..a..aku pembawa sial kak?” dengan gugup Sella bertanya pada Viona, sambil menunduk dan dengan nada lemah, sangat lemah.

“Pikir sendiri!” Untuk kedua kalinya di hari ini Viona meninggalkan Sella begitu saja. Sella terisak-semakin lama semakin terdengar suara tangis yang keluar bersama air matanya.

“Sellaaaaaaa, bisa diem gak? Berisik!” Viona berteriak dibalik kamarnya. Sella mencoba untuk menahan tangisnya meskipun dalam hati terasa perih. Orang yang paling ia sayang selalu memarahinya. Tak ada lagi orang yang bisa ia peluk selain Viona, tak ada lagi orang yang bisa menerima segala curhatan selain Viona.

Sella berdiri dari duduknya, perlahan ia berjalan menuju kamar Viona, menahan sakit karena luka parah di bagian lututnya.

“Kak Vio, maafin aku ya”

“Kamu gausah minta maaf, dasar pembawa sial”. Sekali lagi Sella merasa jauh dari kakaknya saat kakaknya selalu berkata ‘Pembawa sial’

“Sella bener-bener gak sengaja kak”

“Kamu bilang gak sengaja? Setelah apa yang kamu lakuin selama ini kamu bilang gak sengaja? Mama sama Papa itu pergi gara-gara kamu! Kenapa gak sekalian aja kamu bunuh aku?” Suara Viona makin meninggi, raut wajahnya sudah merah karena amarahnya.

“Kak, kakak boleh sebut aku dengan sebutan apapun termasuk pembawa sial, tapi tolong kak jangan salahkan aku atas kepergian mama dan papa”. Tangis Sella semakin menjadi.

“Terus apa namanya kalo bukan kamu pembawa sial”. Viona terus menghujat Sella, entah setan apa yang merasuki tubuhnya sampai ia bisa berbicara se-tega itu.

“Mama memang pergi karena melahirkan aku, tapi kalo aku bisa milih, lebih baik aku yang mati dan mama bisa terus memeluk dan mengasihi kakak. Papa memang pergi karena ingin menjemputku saat aku TK dulu, tapi kalo aku bisa milih, lebih baik aku pulang sendiri dan biar aku yang mati kecelakaan supaya papa bisa terus bareng sama kakak”. Sella menangis dan menunduk sambil memegang tangan Viona “Maafin aku kak, cuma kakak yang bisa aku sayang saat ini”

Tak terasa air mata Viona keluar dan turun membasahi pipinya “Kak, Cuma kakak yang selalu ada buat aku saat ini, cuma kakakk—” Sella memeluk kedua kaki kakanya itu, ia hanya bisa meluapkan apa yang dirasakan saat ini. Rasa kasih sayang kepada Kak Viona, satu-satunya orang yang menjadi tempat suka dukanya.

Viona memegang pundak adiknya, mengajaknya berdiri dan memeluknya “Kakak juga sayang sama kamu, maafin kakak yaa”.

“Aku akan selalu memaafkan kakak, rasa sayangku ke mama, papa, dan kakak sama besarnya. Mama dan Papa udah ga ada, cuma Kak Vio satu-satunya, jangan tinggalin aku ya”

“Iya adikku yang nyebeliiiiiiiinnnn” Viona mencubit hidung Sella. Mereka berdua tertawa.

Sebesar apapun rasa benci kakak kepada adik atau adik kepada kakak. Di hati yang terdalam pasti menyimpan rasa sayang yang begitu besar. Meski tidak atau belum diwujudkan dalam suatu sikap yang nyata. Karena rasa sayang itu tidak bisa diukur seberapa besarnya, yang pasti begitu besar, melebihi daratan atau lautan bahkan langit, yang pasti hanya rasa kasih sayang itulah yang akan membuat kita terus merasakan arti kebahagiaan sejati.

 

 

 

 

 

Jumat, 03 Januari 2014

Orang Ketiga






“Al, kesini!” Vera memanggilku dengan antusiasnya, rupanya dia telah menemukan hamster yang akan dibelinya, warnanya putih dengan bercak coklat kehitaman di dekat matanya.
“Lucu gak?” tanyanya sambil menyodorkan hamster itu kepadaku.
“Lucu, kayak kamu” kataku sambil mencubit pipi tembemnya itu.
“Ish, masa pacar sendiri disamain sama hamster sih, ya lucuan aku dong!” katanya dengan muka cemberut  kemudian tersenyum manis ke arahku. Dia membeli satu hamster beserta dengan kandang dan aksesoris lainnya. “Kok cuma beli satu, nanti kalo dia kesepian gimana?”
“Enggak dong, kan ada aku, aku akan selalu ada buat dia” Vera tak henti-hentinya membelai lembut hamster kesayangannya itu.
“Jadi aku di duain sama hamster nih?”. Dia hanya tertawa, masih membelai hamsternya dan kemudian berkata “Kan cuma sama hamster tau, kalo di duain sama cowok lain baru itu yang namanya mendua, ada orang ketiga”
Jleb! Hatiku seakan berhenti berdetak, seakan aku sedang berada dalam kerumunan orang yang menghujatku saat Vera bilang “Orang ketiga”. Seakan diantara kami memang benar-benar akan atau ada orang ketiga, ya, Siska, dialah yang mampu memalingkan kecantikan Vera, meski dia baru hadir dalam hidupku, namun ku rasa dia telah mampu dengan perlahan merebut kedudukan Vera di hatiku. Saat aku menatap Vera terkadang ku ingat pada wajah Siska, seakan mereka bergantian untuk hadir dalam pikiranku.
“Al! kok ngelamun?” Vera membuat lamunanku terpecah “Ngelamunin siapa hayoooo? Aku ga bakal kemana-mana kok, ini cuma hamster, ga akan ngerusak hubungan kita” Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya. Namun Vera belum tau kalau aku tadi sedang memikirkan Siska, yang menurut pikiran atau menurut perasaanku, ia adalah wanita yang satu-satunya bisa dengan perlahan menggeser posisi Vera dalam hidupku.
             “Al! kok jadi diem?”
            “Gapapa kok Vera, cuma sedikit pusing, kalo aku langsung anter kamu pulang gapapa kan?
            “Yaudah pulang aja, aku main sama hamster aja”
            “Tuh kan yang udah punya mainan baru, lupa sama aku”
        “Ya enggak dong Al tersayang, kamu juga boleh punya mainan juga, asal jangan main hati, hehehe”. Maafin aku Vera, saat ini hatiku terbagi untuk kamu dan Siska, maaf Vera.