Sabtu, 22 Juni 2013

Aku Untuk KeluargaKU

Suara lari pagi yang kompak mengawali setiap pagiku, hari ini aku latihan mengelilingi kawasan bintaro, setiap pagi aku dan setiap waktu aku harus mengabdikan diriku untuk negara ini, terkadang aku pun harus rela mati demi mengorbankan diriku untuk pekerjaanku.

Berawal dari temanku yang membawaku ke sebuah tempat pelatihan, kami ditempa agar bisa melindungi wilayah dan melindungi diri kami sendiri, enam bulan berlalu dan hasilpun keluar, ternyata tesku selama in bagus sekali dan aku ditugaskan untuk mengamankan keadaan penting. Ya, inilah pekerjaanku berseragam mengabdi kepada daerah dan sangat dipertanggung jawabkan, namun pekerjaan ku yang halal ini banyak dipandang sebelah mata oleh orang-orang, seharusnya niat baikku ini terkadang menjadi ancaman bagi mereka diluar sana, bukan! Kami bukan musuh, tapi mengapa banyak ang membenci kami! Inilah pekerjaanku, menjadi satuan polisi pamong praja atau orang orang mengenalnya dengan sebutan Satpol PP, setelah lulus SMA aku bergabung disini, tadinya aku ingin kuliah, tapi terkendala biaya dan lagipula masih ada ketiga adikku yang harus menempuh sekolah, aku ingin mengabdi kepada keluargaku saja, masalah kuliah nanti sajalah.

Inilah yang kusuka dari pekerjaanku ketika aku dan teman teman hanya berdiri dan menjaga para pendemo itu, terkadang pendemo itu hanya berorasi 3 jam saja dan kemudian pulang, atau jika mereka merusuh, akan ada gas air mata yang membantu kami bekerja, dulu seorang satpol pp bekerja mengamankan ancaman RI ketika sekutu datang setelah kemerdekaan, namun kini tak ada lagi sekutu, dulu kami mengamankan lawan orang orang luar, namun kini? Orang indonesia dengan orang indonesia, kelihatan tidak logis memang, namun itulah kenyataannya.

Aa yang kusuka dan ada pula yang tidak ku sukai ketika kami harus membereskan suatu wilayah dari pedagang2 kaki lima. Pernah suatu hari aku ditugaskan untuk menggusur lapak pedagang kaki lima, aku melihat ada sebuah warung yang tetap berdiri meski sudah ada mobil besar yang akan menggusur warung kecilnya itu, penjaga warung itu merupakan seorang perempuan separuh baya, ia menangis meminta agar kami tak menggusurnya, inilah yang membuat hatiku pilu, bagaimana jika dia adalah ibuku? Yang bekerja menghidupi anak-anaknya? Komandan ku menyuruhku agar membawa ibu itu menjauh dari warung yang akan segera dirobohkan, aku dan komandanku berdua berjalan menuju warung kecil itu, pertama tama komandanku memperingatkan ibu itu dengan hitungan, namun ia tak mau mundur, komandanku maju untuk menarik ibu itu segera menjauh namun ibu itu tetap saja bertahan, aku pun membantu komandanku untuk menjauhkan ibu itu dari warungnya, sambil aku bilan padanya bahwa ia harus menerima keputusan ini, karna bila ketukkan palu telah terdengar maka tidak akan bisa berbuat apa apa lagi, ibu itu kelihatan marah pada kami, aku semakin serba salah, bila kutarik paksa aku akan menyakiti dirinya bahkan hatinya, komandanku mendorong aku dan ibu itu sampai kami berdua terjatuh menjauh dari waruang itu, warung itu pun dihancurkan dan ibu itu menangis kencang, kucoba menenangkannya namun ia kelihatan kecewa kepada kami khususnya kepadaku, ketika pulang aku terus memikirkan peristiwa itu.

Setelah selesai lari pagi dan menjalankan latihan bersama teman-temanku. Kami beristirahat di depan barak TNI angkatan darat, meminum satu gelas air dan makan satu butir telur rebus bulat. Tak lama komandanku tiba, kami semua berbaris dengan rapihnya dan komandanku memberikan beberapa tugas lagi untuk hari ini.



Bekerja.........Bekerja...............dan Bekerja!
Untuk aku dan keluargaKU.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar