Kamis, 20 Oktober 2016

Bertepuk Sebelah Tangan

Pernah suatu hari gua ketemu sama temen gua di jalan, temen lama sih, bukan temen hidup. Dia cewek, mukanya ga beda jauh kalo dibandingan waktu jaman SMA sama sekarang, cuma agak lebih cantik dan modis gitu deh.

Ceritanya gua mau jalan ke arah belakang kampus, sedangkan dia mau ke depan kampus sepertinya, jalan kan, semakin dekat, semakin gua yakin itu temen SMA gua, pas kita saling bertatapan, tatapan penuh cinta, gua senyumin dia. Tapi, dia tak membalas senyum gua, JEDHHEERR! Malah memalingkan tatapannya, alias dia gak ‘ngeh’ kalo itu gua temen SMA nya dia.

Padahal, gua udah senyum dengan penuh kepolosan dan kesucian.

Sedih gak sih. Baper. Agak malu gitu. ARGH! Tau gitu pura-pura jadi manusia bodoh aja, atau jadi butiran debu ajalah.

Bisa aja sih gua sapa, panggil nama, atau colek colek manja, cuman ya itu. Gua lupa siapa namanya. Kan bego :(

Sama ga sih rasanya kayak kalo lo nembak trus ditolak? Gua gatau juga sih karna gua ga pernah nembak, atau nembak trus ditolak. Yah. Atit.

Trus gimana ya kalo mau nembak tapi hati gak yakin kalo bakalan diterima? Yah. Atut.

Cinta, satu kata penuh makna. Bisa dirasakan, kadang sulit diungkapkan, kebanyakan disimpan, bahkan terkadang bertepuk sebelah tangan.

Yaps! Yang namanya juga cinta, ga ada yang bisa tau apakah seseorang bisa merasakan apa yang kita rasakan. Kadang, mencintai itu bahagia, dan dicintai pasti akan lebih bahagia. 

Bukan cuma saat menyatakan cinta yang punya resiko buat bertepuk sebelah tangan, tapi juga saat udah ada komitmen, tangan yang bertepuk itu bisa bertepuk dengan yang lain.



Sedih ya, sedih kalo dipikirin soal ‘bertepuk sebelah tangan’.

Tapi coba kita liat petikan puisi abang Pidi Baiq berikut: “Aku mencintaimu, biarlah, ini urusanku.  Bagaimana kamu kepadaku, terserah, itu urusanmu”

Well, dalem ya, sedalam sumur belakang rumah.

Cinta yang tulus itu gak butuh alasan, sometimes gak butuh balasan. Mencintai seseorang apa adanya itu satu keteduhan hati tersendiri.

Sedangkan melihat seseorang yang dicintai bahagia dengan yang lain, rasanya sakit kalo dari sudut pandang hati kita. Tapi coba lihat dari hati orang yang kita cinta, dia bahagia.  Kalo kamu ga bahagia, coba pura-pura bahagia aja di depan dia. “Pura-pura bahagia bukan berarti kamu munafik, tapi kamu berusaha untuk menjadi kuat”  -R.I-

Gak selamanya bertepuk sebelah tangan itu menyedihkan, ga selamanya berjuang sendirian itu mengerikan. Tinggal bagaimana kata ‘cinta’ yang kita miliki bisa benar benar punya makna, bukan cuma dirasakan, tapi juga diwujudkan dengan perbuatan.

Perbuatan yang iya-iya aja ya. Jangan yang enggak-enggak.

Biarlah orang yang kita cintai itu melihat seberapa besar ketulusan cinta yang kita miliki untuk dia, itu urusannya. Tapi yang pasti, cinta gak pernah salah. Yang salah hanya sikap dan keraguan hati untuk tidak membuktikan cinta.

4 komentar: